loading...
loading...
Loading...
Pohon Upas (Antiaris toxicaria)
" Serombongan pengembara berteduh dibawah pohon di suatu tanah lega. Semenit lalu seorang jatuh serta mati tanpa sebab. Yang lain lari tunggang-langgang saat sebelum pada akhirnya satu persatu juga jatuh serta mati. Mereka tidak paham pohon itu yaitu pohon upas. " Cerita horor itu dicatat oleh Friar Odoric (1286-1331), misionaris Italia yang berkunjung ke Nusantara era ke-14.
Pohon Upas begitu legendaris pada saat penjajahan VOC di Nusantara, bahkan juga selama berabad-abad jadi momok menakutkan tentara VOC menghadapi perlawanan rakyat yang menggunakan racun upas sebagai senjata. Hingga pada akhirnya Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles (1781-1826) mengutus Thomas Horsfield (1773-1859), naturalis asal Amerika Serikat, untuk pelajari toksin pohon tersebut .
Hasilnya, pohon upas memang mematikan, namun hanya lendir getahnya. Dampak toksin pohon upas itu cukup mengejutkan saat diujicobakan pada seekor ayam serta anjing, yang pertama segera mati kurang dari dua menit serta yang satunya dalam seputar delapan menit. Dalam laporannya pada 1812, Horsfield mengungkapkan bahwa masyarakat lokal telah mengerti khasiat racun pohon upas untuk keperluan membunuh lawan-lawannya. Sekali terserang getah racunnya, orang itu bakal kejang-kejang lantas mati.
Hingga saat ini, pohon upas masih bisa ditemukan di Indonesia. Di Jawa, ia lebih di kenal sebagai pohon ancar, yang selanjutnya jadi nama ilmiah untuk pohon ini, Antiaris toxicaria.
Sumber:http://tolongbantushareya.blogspot.com/2015/12/tolong-jangan-remehkan-info-ini-bantu.html#
" Serombongan pengembara berteduh dibawah pohon di suatu tanah lega. Semenit lalu seorang jatuh serta mati tanpa sebab. Yang lain lari tunggang-langgang saat sebelum pada akhirnya satu persatu juga jatuh serta mati. Mereka tidak paham pohon itu yaitu pohon upas. " Cerita horor itu dicatat oleh Friar Odoric (1286-1331), misionaris Italia yang berkunjung ke Nusantara era ke-14.
Pohon Upas begitu legendaris pada saat penjajahan VOC di Nusantara, bahkan juga selama berabad-abad jadi momok menakutkan tentara VOC menghadapi perlawanan rakyat yang menggunakan racun upas sebagai senjata. Hingga pada akhirnya Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles (1781-1826) mengutus Thomas Horsfield (1773-1859), naturalis asal Amerika Serikat, untuk pelajari toksin pohon tersebut .
Hasilnya, pohon upas memang mematikan, namun hanya lendir getahnya. Dampak toksin pohon upas itu cukup mengejutkan saat diujicobakan pada seekor ayam serta anjing, yang pertama segera mati kurang dari dua menit serta yang satunya dalam seputar delapan menit. Dalam laporannya pada 1812, Horsfield mengungkapkan bahwa masyarakat lokal telah mengerti khasiat racun pohon upas untuk keperluan membunuh lawan-lawannya. Sekali terserang getah racunnya, orang itu bakal kejang-kejang lantas mati.
Hingga saat ini, pohon upas masih bisa ditemukan di Indonesia. Di Jawa, ia lebih di kenal sebagai pohon ancar, yang selanjutnya jadi nama ilmiah untuk pohon ini, Antiaris toxicaria.
Sumber:http://tolongbantushareya.blogspot.com/2015/12/tolong-jangan-remehkan-info-ini-bantu.html#
Loading...
loading...
loading...